Sabtu, 18 Desember 2010

artikel pendidikan BK.


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Pada hakikatnya pendidikan merupakan upaya membangun budaya dan peradaban bangsa. Oleh karena itu, UUD 1945 secara tegas mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Pemerintah terus-menerus memberikan perhatian yang besar pada pembangunan pendidikan dalam rangka mencapai tujuan negara, yaitu; mencerdaskan kehidupan bangsa yang pada gilirannya sangat memengaruhi kesejahteraan umum dan pelaksanaan ketertiban dunia. Pendidikan mempunyai peranan penting dan strategis dalam pembangunan bangsa serta memberikan kontribusi signifikan atas pertumbuhan ekonomi dan transformasi sosial. Lebih lanjut, pendidikan yang memiliki empat pilar utama, yaitu belajar untuk belajar (learning how to learn), belajar untuk mengetahui (learning how to know), belajar untuk menjadi (learning how to be), dan belajar untuk hidup dengan orang lain (learning how to live together), akan menciptakan masyarakat terpelajar yang menjadi prasyarat terbentuknya masyarakat yang maju, mandiri, demokratis, sejahtera, dan bebas dari kemiskinan.

B.       Permasalahan Yang Dihadapi

Sampai dengan tahun 2004 pelayanan pendidikan belum dapat sepenuhnya disediakan dan dijangkau oleh seluruh warga negara. Selain karena fasilitas pendidikan belum mampu disediakan di seluruh pelosok tanah air, termasuk di daerah terpencil dan kepulauan, biaya pendidikan juga dinilai makin mahal. Data Susenas tahun 2003 menunjukkan bahwa sekitar 75 persen dari penduduk usia sepuluh tahun ke atas yang putus sekolah menyebutkan bahwa ketidakmampuan secara ekonomi yang menyebabkan mereka harus putus sekolah. Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka beberapa masalah yang dapat dirumuskan dan akan dibahas dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1)   Kurang dan belum meratanya pendidik dan tenaga kependidikan, baik secara kuantitas maupun kualitas, apalagi untuk daerah tertinggal.
2)   Peningkatan mutu pendidikan.
3)   Inovasi pembelajaran melalui pemanfaatan teknologi komunikasi.
4)   Media pembelajaran dalam upaya meningkatkan kualitas belajar.

C.    Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan karya tulis ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemerataan pendidikan bagi masyarakat miskin dan terpencil di Indonesia.

D.    Manfaat penulisan

Adapun penggunaan penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai pengertian pendidikan, perubahan baru yang bersifat kualitatif, yang berbeda dari hal yang ada sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan dalam rangka pencapaian tujuan tertentu dalam pendidikan (inovasi pendidikan), media yang digunakan untuk menunjang lebih efektif dan efisiennya belajar mengajar, serta bagaimana pendidikan di daerah tertinggal.
Manfaat lain dari penulisan ini adalah untuk pemahaman lebih lanjut mengenai teori menulis ilmiah dan dapat digunakan sebagai literatur untuk menambah informasi terutama yang berhubungan dengan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.       Kurang Dan Belum Meratanya Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan, Baik Secara Kuantitas Maupun Kualitas, Untuk Daerah Tertinggal.

Era global ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan industri, kompetisi dalam semua aspek kehidupan ekonomi, serta perubahan kebutuhan yang cepat didorong oleh kemajuan ilmu dan teknologi. Untuk memenuhi perkembangan ilmu dan teknologi,  diperlukan SDM yang berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan hingga ke pelosok negeri dan bagi masyarakat menengah ke bawah.
Di Indonesia, yang paling memerlukan pendidikan adalah mereka yang berada di daerah miskin dan terpencil. Untuk mengatasi kebutuhan pendidikan bagi mereka adalah upaya penerapan cara non konvensional. Cara lain itu adalah memanfaatkan potensi, kemajuan serta keluwesan teknologi baru. Sekalipun teknologi baru seperti teknologi komunikasi, informasi dan adi-marga menawarkan pemerataan pendidikan dengan biaya yang relatif rendah (Ono Purbo, 1996), penggunaannya masih merupakan jurang pemisah antara ‘yang kaya’ dan ‘yang miskin’.
Pemerataan pendidikan masyarakat miskin dan terpencil di Indonesia, dapat dibagi menjadi pemerataan pendidikan formal dan pemerataan pendidikan non formal.



a)        Pemerataan Pendidikan Formal

Pada jenjang pendidikan formal, secara umum perluasan akses dan peningkatan pemerataan pendidikan masih menjadi masalah utama, terutama bagi masyarakat miskin maupun masyarakat di daerah terpencil. Pemerataan pendidikan formal terdiri dari pemertaaan pendidikan di tingkat prasekolah, sekolah dasar, menengah, perguruan tinggi. Pendidikan prasekolah merupakan pendidikan pada anak usia dini, semisal : playgroup dan taman kanak-kanak. Pada daerah perkotaan pendidikan prasekolah secara formal sudah sering ditemukan, tetapi untuk daerah terpencil seperti di pedesaan, masih sangat jarang.Pada pendidikan menengah, saat ini banyak bermunculan sekolah-sekolah unggul. Dalam pelaksanaannya model sekolah ini hanya diperuntukkan untuk kalangan borjuis, elit, dan berduit yang ingin mempertahankan eksistensinya sebagai kalangan atas. Kalaupun ada peserta didik yang masuk ke sekolah dengan sistem subsidi silang itu hanya akal-akalan saja dari pihak sekolah untuk menghindari “image” di masyarakat sebagai sekolah mahal dan berkualitas,  sekolah plus, sekolah unggulan, dan label-label lain yang melekat pada sekolah yang diasumsikan dengan “unggul”.
Untuk pendidikan tinggi persoalannya menyangkut pemerataan kesempatan dalam memperoleh pendidikan tinggi bagi warga negara dalam kelompok usia 19-24 tahun. Biaya yang diperlukan untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi memang sangat besar, sehingga hanya anak-anak yang berasal dari keluarga mampu saja yang memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan tinggi. Kebutuhan biaya baik langsung maupun tak langsung yang cukup besar inilah yang menyebabkan rendahnya partisipasi pendidikan pada jenjang perguruan tinggi. Selain itu, penyebaran geografis lembaga pendidikan tinggi unggulan di Indonesia juga tidak merata. Berbagai universitas terkemuka dipusatkan berada di pulau Jawa, sehingga masyarakat yang berada di pulau lain harus meninggalkan kampung halamannya demi melanjutkan pendidikan tinggi. Kritik kini mulai bermunculan atas pelaksanaan Badan Hukum Milik Negara (BHMN) bagi beberapa universitas dan institut, seperti: UI, UGM, USU, UPI, ITB, dan IPB. BHMN dinilai telah mengarah ke komersialisasi pendidikan, yang bertentangan dengan misi utama sebuah lembaga pendidikan tinggi. Bagi orang-orang yang berasal dari kelas bawah (keluarga miskin) mengalami kesulitan mendapatkan akses pendidikan tinggi dengan biaya yang mahal itu (Eka, R. 2007. Kondisi Pemerataan Pendidikan di Indonesia, (http://edu-articles.com, diakses 9 Maret 2009)).

b)        Pemerataan Pendidikan Nonformal

Di samping menghadapi permasalahan dalam meningkatkan akses dan pemerataan pendidikan di jalur formal, pembangunan pendidikan juga menghadapi permasalahan dalam peningkatan akses dan pemerataan pendidikan non formal. Sampai dengan tahun 2006, pendidikan non formal yang berfungsi baik sebagai transisi dari dunia sekolah ke dunia kerja (transition from school to work) maupun sebagai bentuk pendidikan sepanjang hayat belum dapat diakses secara luas oleh masyarakat. Pada saat yang sama, kesadaran masyarakat khususnya yang berusia dewasa untuk terus-menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya masih sangat rendah. Apalagi pendidikan non formal, pada umumnya membutuhkan biaya yang cukup mahal sehingga tidak dapat terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah.

B.       Peningkatan Mutu Pendidikan

Setelah 60 tahun negara kita merdeka Pemerintah untuk pertamakalinya berhasil menyusun standar nasional pendidikan yang dituangkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar tersebut merupakan acuan dasar sekaligus rambu-rambu hukum untuk meningkatkan mutu berbagai aspek pendidikan nasional termasuk mutu pendidik dan tenaga kependidikan, mutu sarana dan prasarana pendidikan, kompetensi lulusan, pembiayaan pendidikan dan penilaian pendidikan. Dengan acuan tersebut diharapkan pada tahun-tahun yang akan datang tidak lagi ditemukan pelayanan pendidikan yang tidak memenuhi standar nasional. Dengan demikian, upaya untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat menjadi lebih jelas.
Sejalan dengan PP tersebut Pemerintah telah pula membentuk Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang bertugas untuk membantu Menteri Pendidikan Nasional dalam mengembangkan, memantau, dan mengendalikan standar nasional pendidikan. Dalam melaksanakan tugasnya, BSNP mempunyai kewenangan untuk (1) mengembangkan standar nasional pendidikan; (2) menyelenggarakan ujian nasional; (3) memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan pemerintah daerah dalam penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan; serta (4) merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Selanjutnya, berbagai upaya untuk meningkatkan mutu peserta didik baik di jenjang pendidikan menengah maupun di jenjang perguruan tinggi telah dilakukan serangkaian kegiatan yang meliputi:
Pertama, pelajar Indonesia berhasil merebut 3 medali perak dan 1 medali perunggu dalam Olimpiade Biologi Internasional 2005 pada tanggal 11 – 16 Juli 2005, di Beijing, Cina. Prestasi ini merupakan peningkatan dari ajang serupa yang diadakan di Australia pada tahun 2004, ketika Indonesia hanya meraih 1 medali perak dan 3 medali perunggu.
Kedua, keikutsertaan dalam penyelenggaraan Kontes Robot Indonesia (KRI) dan Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI). Jumlah robot yang mengikuti KRI mencapai lebih dari 100 robot karya 32 tim mahasiswa dari 28 perguruan tinggi negeri dan swasta. Sementara itu, KRCI diikuti oleh 30 robot karya 22 tim mahasiswa dari berbagai PTN dan PTS. Setiap tim peserta kontes diminta mendesain dua jenis robot, masing-masing satu robot manual dan beberapa buah robot otomatis. Salah satu jenis robot yang dibuat, sesuai dengan tema KRI tahun 2005, yaitu ”Menggapai Puncak Borobudur, Nyalakan Api Perdamaian” adalah robot pemadam api. Keluar sebagai juara umum adalah tim robot ”Askaf-i” dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS), dan berhak mewakili Indonesia ke Kontes Robot Dunia pada tanggal 27 Agustus 2005 yang akan datang di Beijing, Cina.





C.    Inovasi Pembelajaran Melalui Pemanfaatan Teknologi Komunikasi

Berlakunya Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi yang telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan).
Salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada murid (student centered); metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori; dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual.
Pembelajaran atau secara umum adalah mengajar berasal dari kata dasar ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (dituruti). Dalam BSNP (2007), pembelajaran adalah :
a)    Proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU Sisdiknas);
b)   Usaha sengaja, terarah dan bertujuan oleh seseorang atau sekelompok orang (termasuk guru dan penulis buku pelajaran) agar orang lain (termasuk peserta didik), dapat memperoleh pengalaman yang bermakna. Usaha ini merupakan kegiatan yang berpusat pada kepentingan peserta didik.
c)    Mengacu pada definisi diatas, mengajar adalah suatu usaha yang dilakukan sekelompok orang (termasuk guru) untuk menyampaikan atau mengirim pesan (informasi) berupa konsep, prinsip, fakta, proses dan prosedur kepada siswa sehingga dapat diterima dan dikuasai siswa sesuai dengan tujuan yang di harapkan.
D.     Media Pembelajaran Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Belajar

Pengertian media pembelajaran ialah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta perangsang peserta didik untuk belajar, contoh : buku, film, kaset. Menurut Asosiasi Teknoligi Komunikasi Pendidikan (AECT), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan. Dengan memperhatikan definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa yang di maksud dengan media pembelajaran secara umum adalah segala alat pengajaran yang digunakan untuk membantu Dosen dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik dalam proses belajar mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan. Media pembelajaran digunakan dengan tujuan antara lain sebagai berikut:
a)    Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, dan keterampilan tertentu dengan menggunakan media yang paling tepat menurut sifat bahan ajar.
b)   Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih merangsang minat dan motivasi peserta didik untuk belajar.
c)    Menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dalam teknologi karena peserta didik tertarik untuk menggunakan atau mengoperasikan media tertentu. Ketidaktepatan (“mismatch”) pemanfaatan media pembelajaran banyak sekali terjadi di perguruan tinggi.


BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seringkali justru membawa dampak negatif yang lebih besar dari pada dampak positif. Sebagai contoh adalah perkembangan dunia televisi. Program acara televisi lebih banyak yang bersifat hiburan dari pada pendidikan. Oleh karena itu, Pustekkom memanfaatkan momentum ini dengan menyuguhkan program siaran pendidikan melalui televisi edukasi. Sebagai media pembelajaran televisi sangatlah bagus karena bisa dikatakan 99,9% rumah telah mempunyai pesawat televisi, bahkan tidak sedikit satu kamar mempunyai satu pesawat televisi. Guru/pendidik harus mampu mengetahui situasi dan kebiasaan siswa di lingkungannya. Oleh karena itu kesukaan, hobi dan kebiasaan siswa tersebut harus bisa dimanfaatkan sebagai suatu media belajar.
Pemerataan pendidikan yang ada saat ini masih kurang terealisasikan dengan baik. Permasalahannya yaitu karena pendidikan itu sendiri masih berorientsi di wilayah perkotaan dan subsidi dari pemerintah itu pun masih belum mencukupi untuk masyarakat yang tidak mampu yang jumlahnya cukup besar. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam melakukan pemerataan pendidikan bagi masyarakat miskin dan terpencil di Indonesia yaitu dengan adanya program wajib belajar 9 tahun dan pengadaan teknologi informasi seperti televisi dan radio.



B.       Saran

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas maupun kuantitas ternyata masih belum optimal dan perlu mendapat dukungan dari seluruh komponen pendidikan di satuan pendidikan baik dosen, guru, mahasiswa, siswa, orang tua/wali, masyarakat, dan institusi pendidikan. Oleh karena itu, perlu kerjasama dan koordinasi yang erat di antara komponen pendidikan tersebut sehingga upaya peningkatan mutu pendidikan yang dilaksanakan dapat efektif dan efisien.


DAFTAR PUSTAKA
Hasbullah, (2006). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo   Persada.
Suryabrata, Sumadi, (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sadiman, Arief S, (2008). Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana, (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Wahyudin, Dinn, dkk, (2007). Pengantar Pendidikan. Universitas Terbuka, Cetakan kedua puluh satu.






Senin, 06 Desember 2010

survey permasalahan BK di Sekolah


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang sitem Pendidikan Nasional, pendidikan diaktikan sebagai pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembe- lajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Lebih lanjut, mengenai fungsi pendidikan dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan dua batasan di atas, maka pendidikan di Indonesia ini tidak hanya memprioritaskan perkembangan aspek kognitif atau pengetahuan peserta didik, namun juga perkembangan individu sebagai pribadi yang unik secara utuh. Oleh karena setiap satuan pendidikan harus memberikan layanan yang dapat memfasilitasi perkembangan pribadi siswa secara optimal berupa bimbingan dan konseling. Pemahaman mengenai apa dan bagaimana layanan bimbingan di sekolah mutlak diperlukan oleh pengawas. Hal ini merupakan bagian dari kompetensi supervisi manajerial yang harus dilakukannya terhadap setiap sekolah yang berada dalam lingkup binaannya.



B.Tujuan melaksanakan Survey
Melaksankan survey permasalahan BK di SMA Muhammadiyah sampit adalah memenuhi tugas mata kuliah survey permaslahan BK disekolah.dan untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan BK disekolah itu. Maksudnya, dengan melakukan kegiatan langsung calon pemula pembimbing/  konselor dapat mengetahui secara langsung apa dan bagaimana pelaksanan BK disekolah itu. apa permasalahan yang dihadapi disekolah tersebut sehingga dapat menjadi bahan pemlajaran bagi calon pembimbing/konselor pada suatu sekolah nantinya.
C.   Tempat dan waktu survey
SMA Muhammadiyah sampit.
Pertemuan (1) pertama tanggal 12 April 2010,
Pertemuan (2) kedua tanggal 16 April 2010,
Pertemuan (3) ketiga tanggal 23 April 2010
Pertemuan (4) Keempat tanggal 10 Mei 2010
Pertemuan (5) Kelima tanggal 26 Mei 2010

BAB II
PELAKSANAAN KEGITAN SURVEY PERMASALHAN BK DISEKOLAH

A. Penyusunan program
Data riil
Dengan menggunakan buku sebagai literature dalam melaksanakan program kerja di sekolah tahun pelajaran 2009/2010.
Kelas X,
BAB 1       SEKOLAHKU
1.      Sekolah di SMA
2.      Pengenalan terhadap sekolah
3.      Pentingnya keseriusan dalam belajar
BAB 2       TATA TERTIB SEKOLAH
1.      Untuk apa ada tata tertib?
2.      Tata tertib di sekolah
3.      Hak dan kewajiban siswa
BAB 3       PEMAHAMAN DIRI
1.      Siapakah aku ini?
2.      Untuk apa aku lahir dan hidup?
3.      Menjadi apakah aku nanti?
BAB 4       MENGENAL DELAPAN KECERDASAN MANUSIA
1.      Anugerah gratis
2.      Aneka macam kecerdasan manusia
3.      Mau memahami kecerdasan manusia
BAB 5       KONSEP DIRI REMAJA
1.      Konsep diri dan remaja
2.      Pengertian dan macam- macam konsep diri remaja
3.      Faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri
4.      Pengaruh konsep diri terhadap komunikasi
5.      Usaha- usaha untuk mengembangkan konsep diri remaja
BAB 6       MOTIVASI, DASAR PRESTASI
1.      Pentingnya motivasi
2.      Faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
3.      Cara mempertahankan motivasi belajar
4.      Kategori motivasi belajar
5.      Dua pola belajar
BAB 7       KOMUNIKASI DAN HIBUNGAN ANTAR PRIBADI
1.      Pengertian komunikasi
2.      Kepada siapa kita berkomunikasi
3.      Komunikasi antar pribadi
4.      Komunikasi yang efektif
BAB 8       NILAI- NILAI KEHIDUPAN
1.      Pengertian
2.      Kategori dan aspek nilai
3.      Beberapa contoh nilai- nilai kehidupan
BAB 9       PSIKOLOGI REMAJA
1.      Masa remaja
2.      Perubahan yang terjadi
3.      Tahap- tahap masa remaja
4.      Kebutuhan psikologi dan tugas perkembangan remaja
5.      Masa transisi dan adaptasi
6.      Ada pesan dan harapan
BAB 10     SULIT BELAJAR
1.      Gejala kesulitan belajar
2.      Faktor- faktor yang menyebabkan kesulitan belajar
3.      Langkah mengatasi kesulitan belajar
4.      Indikator pemecahan masalah
BAB 11     MENGENAL PERGURUAN TINGGI
1.      Memahami perguruan tinggi sejak awal
2.      Bentuk perguruan tinggi di Indonesia
3.      Status kepemilikan perguruan tinggi
4.      Nama program di perguruan tinggi
5.      Apabila ingin kuliah keluar negeri
BAB 12     PENJURUSAN DI SMA
1.      Mengapa ada penjurusan
2.      Mengenal kurikulum
3.      Jurusan atau program studi di SMA
4.      Struktur kurikulum di SMA
5.      Persyaratan pemilihan jurusan
BAB 13     BEKERJA SEBAGAI PANGGILAN HIDUP
1.      Bekerja dan hidup
2.      Makna bekerja
3.      Lapangan kerja
4.      Ke mana akan bekerja
Kelas XI,
BAB 1       MAKNA BELAJAR
1.      Pengertian belajar
2.      Strategi belajar
BAB 2       PRINSIF DAN GAYA BELAJAR
1.      Mengenal otak kita
2.      Prinsif belajar
3.      Gaya belajar
4.      Modalitas belajar dan ciri- cirinya
5.      Keterampilan mencatat
6.      Jarus belajar yang efektif dan efisien
7.      Meningkatkan keterampilan mendengar
BAB 3       AYO, ATURLAH WAKTUMU
1.      Pentingnya mengatur waktu
2.      Sejarah pembagian wakktu
3.      Mengenal manajemen waktu
4.      Membangun kebiasaan mengatur waktu
BAB 4       AKU MELIHAT BAKAT
1.      Bakat, kemampuan, dan prestasi
2.      Bakat umum dan bakat khusus
3.      Tes bakat dan tes prestasi
4.      Faktor- faktor yang mempengaruhi bakat dan prestasi
5.      Cita- cita
6.      Faktor- faktor yang mempengaruhicita- cita
BAB 5       ETIKA PERGAULAN
1.      Pengertian etiket dan etika
2.      Perbedaan etiket dan etika
3.      Memahami etika dan dan prinsif etika
4.      Prinsif etika pergaulan
                  Melaksanakan prinsif- prinsif etika pergaulan
BAB 6       PERGAULAN REMAJA
1.      Pergaulan sehari- hari remaja
2.      Aspek psikososial remaja
3.      Faktor- faktor yang mempengaruhi pergaulan remaja
4.      Prinsif dasar pergaulan yang sehat
5.      Supaya pertemanan terjalin langgeng
BAB 7       KEPEMIMPINAN REMAJA
1.      Pengertian kepemimpinan dan pemimpin
2.      Katakter seorang pemimpin
3.      Remaja pemimpin masa depan
4.      Prinsif- prinsif kepemimpinan remaja
5.      Kamulah sang pemimpin
BAB 8       DIMENSI KECERDASAN REMAJA
1.      Dimensi kecerdasan manusia
2.      Kecerdasan otak/ kecerdasan intelektual (IQ)
3.      Kecerdasan emosional (EQ)
4.      Kecerdasan fisik (PQ)
5.      Kecerdasan spiritual (SQ)
6.      Keterkaitan IQ, EQ, PQ, dan SQ
7.      Adversity quotient ( mengubah hambatan menjadi peluang )
BAB 9       MASALAH MUNCUL SOLUSI MENYUSUL
1.      Remaja dan masa remaja
2.      Dimensi perubahan remaja
3.      Masalah pada remaja
4.      Stress dan depresi pada remaja
5.      Mengatasi srtes dan depresi
6.      Langkah- langkah mengatasi masalah
BAB 10     BERFIKIR DAN BERSIKAP POSITIF
1.      Prasangka/ pikiran negative
2.      Berfikir positif
3.      Bersikap dan bertindak positif
BAB 11     REKREASI REMAJA
1.      Pengertian dan pola rekreasi
2.      Sejarah rekreasi
3.      Nilai- nilai rekreasi
4.      Prinsif- prinsif rekreasi
5.      Manfaat rekreasi
6.      Faktor yang mempengaruhi rekreasi remaja
7.      Bentuk- bentuk rekreasi
8.      Merencanakan rekreasi kelompok
BAB 12     REMAJA ANTI KORUPSI
1.      Korupsi di sekitar kita
2.      Pengertian dan indikasi korupsi
3.      Jenis tindakan korupsi
4.      Membangun sikap anti korupsi
5.      Remaja anti korupsi
BAB 13     REMAJA MANDIRI
1.      Kodrat manusia
2.      Kemandirian
3.      Proses perkembangan kemandirian
4.      Kemandirian sebagai kebutuhan psikologis remaja
5.      Ciri- ciri pribadi mandiri
Kelas XII,
1.    Pengambilan keputusan setelah SMA
2.    Kalau anda ingin masuk perguruan tinggi
3.    Perguruan tinggi negeri
4.    Program pendidikan sarjana
5.    Menguak tabir masing- masing jurusan
6.    Persiapan bagi calon mahasiswa baru
Data Seharusnya :
1.      Persiapan BK
a.       Pembagian tugas BK
b.      Menysun program BK
c.       Mengadakan bahan layanan dalam perlengkapan administrasi BK
2. Pelaksanaan kegiatan layanan BK
    1. Layanan Orientasi
    2. Layanan Informasi
    3. Layanan Penempatan dan Penyaluran
    4. Layanan Bimbingan Belajar
    5. Layanan Konsling Individual
    6. Layanan Bimbingan Kelompok
    7. Layanan Konseling Kelompok
3. Kegiatan Pendukung
a.       Instrumentasi BK
b.      Himpunan Data
c.       Konfrensi Kasus
d.      Kunjungan Rumah
e.       Alih tangan Kasus
4. Evaluasi pelaksanaan program
5. Analisis Pelaksanaan Program
6. Tindak lanjut Pelaksanaan Program

B.  Orientasi Lapangan
1.  Jumlah Siswa keseluruhan 154  Siswa
     Terlampir :
2.  Jumlah Guru/ personal Sekolah
Jumlah Guru keseluruhan sebanyak 21 orang
3.  Visi dan misi Sekolah
Visi :
Bermutu, terdidik, disiplin dan menguasai IPTEK berdasarkan IMTAQ
Misi :
·      Meningkatkan praktek dan pelaksanaan ibadah sesuai tuntunan
·      Meningkatkan pelaksanaan proses belajar mengajar
·      Memanfaatkan perpustakaan, laboratorium dan sarana/fasilitas penunjang lainnya
·      Menumbuhkan semangat budaya mutu secara intensif seluruh warga sekolah
·      Meningkatkan keterampilan melalui kegiatan pelatihan-pelatihan keterampilan
·      Meningkatkan wawasan kepemudaan melalui kegiatan koperasi sekolah dan organisasi siswa lainnya
·      Melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan prestasi akdemik tingkat daerah, nasional dan internasional seperti penulisan KIR, lomba tes tertulis, beberapa bidang studi mengarang, pidato, sampai dengan olympiade bidang studi dan komputer.
·      Melibatkkan diri dalam kegiatan-kegiatan prestasi akademis tingkat daerah, nasional dan internasional, olahraga, keagamaan, keterampilan dan kesenian
4.  Tata tertib sekolah
Menggunakan sistem poin dalam Tatatertib sekolah dan terlampir

C. Orientasi Bimbingan Konseling
Data Riil :
1.  Jadwal Konseling
     Tidak menggunakan jadwal dalam melaksanakan konseling
2.  Visi dan Misi BK
     Tidak mebuat visi dan misi BK
     Data Seharusnya :

VISI BK
Bimbingan dan Konseling sebagai ilmu dan profesi harus mampu memberikan sumbangan bagi dunia Pendidikan Nasional dan kehidupan masyarakat pada umumnya. Visi BK tidak lagi dibatasi pada setting sekolah, melainkan menjangkau bidang di luar sekolah yang memberikan nuansa dan corak pada penyelenggaraan pendidikan yang lebih sensitif, antisipatif, proaktif dan responsif terhadap perkembangan peserta didik dan warga masyarakat sehubungan dengan pemikiran tersebut secara Institusional visi Bimbingan dan Konseling di arahkan menjadi jurusan unggulan.
MISI BK
1.  Misi edukatif, yaitu mendidik individu di dalam masyarakat dengan mengembangkan perilaku-perilaku efektif, baik perilaku jangka panjang, jangka pendek maupun keseharian.
2.  Misi pengembangan, yaitu memfasilitasi perkembangan individu di dalam masyarakat ke arah perkembangan optimal melalui strategi dan pendekatan psiko-paedagogis sebagai upaya pengembangan lingkungan, pengembangan individu dan/atau lingkungan belajar
3.Stuktur guru pembimbing
Data Riil ,
Kepala SMA
H. SUKBA, H
 
Struktur Organisasi SMA Muhammadiyah Sampit.



 








D. Orientasi masalah 
Masalah yang sering terjadi di sekolah ini yaitu masalah kedisiplinan dan melanggar peraturan-peraturan sekolah yang meliputi:
-    bolos
-    sering terlambat
-    merokok
-    berkelahi
-    sering jahil kepada murid kelas X

BAB III
ANALISIS MASALAH DAN PEMBAHASAN
Contoh Kasus : Membolos
Data Riil :
Cara Penyelesaiannya:
·      memanggil siswa menghadap guru piket
·      kemudian guru piket menyerahkan kepada wali kelas
·      wali kelas memberi arahan kepada siswa. Apabila siswa masih berbuat kesalahan, langsung diserahkan kepada guru pembimbing
·      guru pembimbing memberi bimbingan sebanyak 3 kali, apabila dia masih melakukan perbuatan tersebut maka guru pembimbing memberi surat peringatan kepada orang tuanya setelah itu baru diproses.
Data Seharusnya :
Cara penyelesaianya:
A.  Langkah Analisis
Langkah analisis merupakan langkah pengumpulan data tentang siswa yang berkenaan dengan bakat, minat, motif, kesehatan fisik, kehidupan, emosi, dan krakteristik yang menghambat atau mendukung penyesuaian diri siswa.
·      Hasil Analisis buku raport
·      Observasi langsung
·      Wawancara
·      Sumber informasi;
B.  Langkah Sintesis
            Langkah Sintesis merupakan langkah mengoordinasi dan merangkum data yang diperoleh dalam langkah analisis untuk melihat kecendrungan, kekuatan, kelemahan, kelebihan, penyesuaian diri dan potensi lainya.
C. Langkah Diagnosis
Langkah Diagnosis merupakan langkah menggali, mengindentifikasi inti masalah dan factor-faktor penyebabnya. Langkah ini merupakan langkah penapsiran data dengan kaitannya dengan gejala-gejala masalah, kekuatan dan kelemahan siswa.
D. Langkah Prognosis
Langkah Prognosis merupakan langkah menggali altenatif bantuan yang dapat atau mungkin diberikan kepada siswa sesuai hasil diagnosis..
E. Langkah Konseling
F. Langkah Tindak Lanjut
BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil survey yang kami lakukan, diperoleh data dimana pelaksanaan BK di SMA Muhammadiyah Sampit tidak sesuai dengan pelaksanaan  BK, yang seharusnya. Hal ini disebabkan sarana dan prasarana yang tidak mendukung, dan tidak mencantumkan kurikulum yang seuai dengan perubahan kurikulum pendidikan. Guru BK di sekolah tersebut selain menjabat sebagai Guru Pembimbing, beliau juga menjabat sebagai Guru Mata pelajaran Sosiologi dan Muatan Lokal,  sehingga beliau tidak terlalu memfokuskan terhadap Bimbingan Konnseling.
Dari hasil data yang diperoleh pelaksanaan BK di sekolah ini penyusunan programnya hanya memakai buku sebagai literature, dan cara penanganan masalahnya tidak berpedoman dengan teori, Guru Pembimbing cenderung langsung melihat permasalahan yang terjadi dan langsung memproses siswa pada hari bilamana ada terjadi permasalahan di sekolah tersebut. Oleh sebab itu pelaksanaan BK yang ada di SMA Muhammadiyah Sampit kurang berjalan dengan baik dan tidak sesuai dengan pelaksanaan BK yang berdasarkan Kurikulum